Thanks for visiting my blog.. Arigatou m(_ _)m

Kamis, 02 Desember 2010

Rain Forest

Hujan deras membasahi jendela kamarku. Aku duduk disamping jendela sembari melihat hujan ditemani dengan segelas coklat hangat buatan mama. Kapan hujannya berhenti? Kalo gini, berarti nggak jadi pergi sama Rendra dong? Aduuuhh.. Trus, nanti aku beli kado naik apa? Sama siapa? Ucapku dalam hati. 

8 hari lagi ulang tahun perkawinan mama dan papa. Masih lama, sih. Aku sengaja mempersiapkan kadonya jauh-jauh hari. Biar ada persiapan. Sebenarnya aku ingin membeli kado hari ini, tapi hujan. Batal deh. Sekarang jam menunjukkan pukul 17.30 WITA. Bumi masih menangis seperti sedia kala. Airmatanya masih  mengalir deras. Ah, capek nungguin hujan. Mendingan aku tidur dulu.
                             
  ^~^

Ada yang mengelus pipiku. Dalam hati aku berkata, "Mama? Pasti bukan. Mama kalo bangunin aku biasanya buka pintu kamar lebar-lebar, trus teriak-teriak sambil gelitikin kakiku. Hm, ini tangan siapa ya?". Dari luar, aku memang tampak seperti sedang terlelap, tetapi sebenarnya aku sedang menerka-nerka siapa yang masuk ke kamarku. Buka mata nggak yaa? Takut nih.. Dengan berani, aku membuka mataku layaknya seseorang yang baru bangun tidur. Aku terkejut melihat sosok yang duduk disamping ranjangku. RENDRA!
"Kok kamu bisa ada di sini?". Pertanyaan yang sangat bodoh. Aku pun memasang tampang bodoh juga, biar dia nggak berpikir aneh-aneh. Dia tersenyum. Deg! Seketika itu juga jantungku berdegup kencang. Kayak mau copot. Hahaha. "Hujan udah berhenti, jadi aku langsung ke rumahmu. Aku pikir kamu udah masang muka jutek sambil nunggu aku di depan pintu rumahmu. Nggak taunya kamu lagi tidur. Aku di suruh mamamu bangunin kamu, yaudah aku ke sini, sekalian pingin liat mukanya Risty kalo lagi tidur hehehe", ucapnya sambil terkekeh. Blush. Mukaku mulai memerah. Aku menundukkan kepala cepat-cepat. Malu kalo diliat Rendra. 

^~^

Aku dan Rendra mulai akrab sejak aku pindah ke sini 2 tahun lalu. Anak Jakarta yang gaul harus rela berpindah tempat ke Bontang, Kalimantan Timur. Jauh memang, tapi aku nggak keberatan. Toh menambah pengetahuan juga. 
Aku pertama kali bertemu Rendra di gereja. Aku dan dia beda 2 tahun. Tahun ini aku menginjakkan kaki di kelas IX sedangkan dia kelas XI. Awalnya memang nggak kenal . Nggak nyangka kalo sekarang bisa akrab sama dia. Kata temen-temen sekelas, aku termasuk anak beruntung yang bisa deketin Rendra. Katanya sih, Rendra itu banyak penggemarnya! Maklumlah, orang yang keren, pinter, baik kayak Rendra pasti banyak yang suka. Aku sendiri sebenarnya juga memendam perasaan pada Rendra. Namun, cukup aku saja yang tau perasaanku padanya. 

"Risty? Kamu sakit?", tanya Rendra cemas. Aku tersadar. "Eh, sori. Tadi aku bengong hehehehe", kataku sambil tersenyum lebar. "Berangkat yuk!", ajak aku. "Aku sih ayo-ayo aja. Tapi kamu harusnya cuci muka sama ganti baju dulu. Bekas ilermu itu lhooo. Hahahaha", tawa Rendra meledak. Mukaku memerah padam. Udah kayak buah tomat. Seketika itu juga, aku langsung manyun. Rendra berhenti tertawa, kali ini dia tersenyum sambil berkata, "Jangan manyun dong Risty, ntar cantiknya ilang lho!". "Gombal ah", kataku sambil ngeloyor pergi ke kamar mandi disertai suara tertawa Rendra.

^~^
"Selamat datang mbak, mas. Mau cari apa?" sambut pelayan toko dengan ramah. "Hm, sebentar ya mbak. Biar saya liat-liat dulu", sahut Rendra. Aku dan Rendra berkeliling di toko souvenir itu. Aku bingung menentukan pilihan. Abis barangnya bagus-bagus semua sih. "Kalo yang itu gimana?" ucapku dan Rendra berbarengan sambil menunjuk barang yang sama. Kami berdua berpandangan. Heran dengan kekompakan tadi. "Ehm", aku berdeham. Rendra kelihatan salah tingkah. Aku tersenyum melihatnya "Warnanya bagus kok, Ris. Beli ini aja deh. Gimana?", tanya Rendra. Aku mengangguk kecil, tanda setuju. Aku segera membawanya ke kasir. 
Akhirnya aku mendapat kado untuk ulang tahun perkawinan orangtuaku. Bentuknya simple, tidak terlalu mencolok, tapi bagus. Aku dan Rendra sepakat membeli sepasang lumba-lumba yang terbuat dari kaca berwarna kebiruan. Setelah 2 jam keliling Bontang, akhirnya aku pulang dengan perasaan gembira.

^~^
8 Desember 2008. 2 hari lagi.
"Asem! Ketinggalan bis! Mampus, pulang naik apa gue?", logat Jakartaku keluar. Aku memang begitu. Kalo lagi kesel, pasti logat Jakartanya keluar. Hehehehe. Tiba-tiba muncul ide di kepalaku. Aku berlari ke arah Dion. "Dion, pinjem HP dong. Aku nggak bawa HP nih. Boleh yaaa?" sambil memasang muka memelas. "Iya deh. Kalo nelpon, jangan lama-lama ya" balas Dion sambil memberikan HPnya. Aku memencet nomer seseorang. Tersambung! "Halo?" kata sebuah suara dari seberang sana. "Mas, bisa jemput nggak? Aku ketinggalan bis nih. Kan SMA lagi libur. Jemput yaa?". Ada  jeda sesaat. Mungkin aku terlalu cepet ngomongnya. "Oh, iya iya. Kamu tunggu di parkiran bis ya.. Aku ke sana sekarang" 
"Aku duluan ya, Ris" ucap Dion. "Yuk" balasku. Dion masuk ke mobil Chevrolet hitamnya. Enak banget jadi Dion. Tiap hari dianter plus dijemput sama bokapnya. Coba aja gue..... "Tin Tin!" suara klakson motor mengagetkanku. "Asem kamu ya! Bikin Jantungan aja!" "Sori deh, Ris.  Kamu bengong sih. Aku kagetin aja. Ayo cepet naik! Ntar aku tinggal lhoo", ledek Rendra. Untung sekolah udah sepi, jadi nggak ada yang liat kalo aku dijemput Rendra. Aku berjalan ke arah Rendra. Rendra memberikan helm untukku. "Ini helmku kan? Kok bisa di kamu?", tanyaku heran. Rendra terkekeh, "Iya, itu punya kamu. Tadi aku ke rumahmu. Aku bilang ke ibumu kalo mau jemput kamu." Dari belakang, aku hanya bisa ber-o ria.
Rok panjang se-mata kaki memaksaku untuk duduk miring. Lebih asyik ternyata!
Hari ini cerah, tapi nggak panas. Banyak angin. Paling enak kalo main layangan di pantai plus minum es degan. Hmm,, ajib..
Setelah puas bengong, akhirnya aku tersadar. Hei! Ini bukan arah menuju rumahku! Aku mau dibawa ke mana? Sebenernya aku pingin tanya ke Rendra, cuma aku takut. Kayaknya mau di kasih surprise deh. 20 menit berlalu dan akhirnya kami sampai ke sebuah pantai. Ya, pantai Marina di PT. Badak. aku bingung, gimana caranya Rendra bisa masuk ke sini? 
Rendra memarkirkan motornya. Aku melepaskan helmku. Rendra dengan sigap mengambil helmku dan menaruhnya di spion motornya, lalu menarik tangan ku ke arah ruang tunggu. Dia menyuruhku duduk diam di situ, lalu dia pergi entah menemui siapa dan berbincang dengan seorang bapak-bapak yang kira-kira umurnya masih 30-an. Tak lama setelah itu, Rendra menggenggam tanganku dan membawaku ke arah sebuah speedboat. Kok boleh naik? Setauku bayar speedboat itu mahal banget. Astaga! Aku masih make' seragam sama bawa tas. Buset! Untung saja tasku tidak terlalu penuh. Aku langsung melepas kaos kaki dan sepatuku, lalu memasukkannya ke kresek yang aku bawa dan memasukkannya ke dalam tasku.
Ternyata speedboat itu membawa aku dan Rendra ke sebuah pulau yang sepi. Orang-orang bilang, itu Beras Basah. Sesampainya di sana, Rendra menggenggamku agar aku bisa turun dari speedboat dan naik ke sebuah jalan dari kayu yang tinggi diatas laut. 

"Nggak ada hujan, nggak ada badai kok tiba-tiba kamu bawa aku ke sini? Dalam rangka apa nih?", aku memberanikan diri untuk bertanya padanya. Dia hanya tersenyum sambil menggandeng tanganku. Serasa di pulau pribadi. Habisnya, di situ hanya ada aku dan Rendra aja. 
Angin berhembus kencang.  Suara ombak bergemuruh. Buih-buihnya menyentuh jemari kakiku seakan ingin mengajakku ke laut. Kelomang-kelomang dan kepiting kecil berlarian di bibir pantai. Sejuk banget di sini!

Tiba-tiba Rendra berhenti dan berpindah tempat dari samping kananku ke depanku. Dia memegang tanganku. Tatapan matanya lurus melihat ke arah mataku. Tampak ada sesuatu yang mengganjal di matanya. Setelah sekian lama kami saling berpandangan, ia mengeluarkan sebuah suara yang membuatku tak bisa berkata apa-apa. Ia berkata, "Risty, kamu mau nggak jadi pacarku?" kata Rendra sambil berlutut dan memberikan sebuah kotak kecil padaku. Aku terpaku melihatnya. Terima kasih Tuhan! Aku bersorak gembira dalam hati. Aku mengangguk sambil tertawa lepas. Rendra tersenyum lalu membuka kotak itu. Isinya liontin kecil berbentuk hati yang bisa dilepas seperti yang ada di iklan dan film-film ituu (apadeh). Rendra mengambil salah satu liontin dan memasangnya di leherku. 
Cukup lama kami menghabiskan waktu berdua hari ini. Dari aku pulang sekolah sekitar jam 2, sampai jam 6. Hari ini terasa begitu cepat. 

^~^

Aku sampai di rumah jam 8. Begitu sampai di depan rumah, aku mengucapkan terimakasih pada Rendra dan ia membalasnya dengan anggukan kecil. "Nggak mampir dulu?", tanyaku pada Rendra. Ia menggeleng. Mungkin ada banyak tugas yang harus dia kerjakan. Baru saja aku berbalik memunggunginya, tiba-tiba Rendra menarik tanganku. Ia menatap mataku dalam-dalam. Aku jadi salah tingkah. Dalam hitungan detik, Rendra langsung mengecup keningku. "Met malem, Ris." setelah berkata demikian, ia menyalakan motornya dan bergegas pulang. Aku masih shock dengan kejadian barusan. 

"Risty pulang!" teriakku begitu masuk ke dalam rumah. Tumben sepi. Mandi dulu ah. Aku bergegas naik ke lantai 2, menuju ke kamarku. Baru saja aku membuka pintu kamar, tiba-tiba dari dalam ada suara "SURPRISE!!" kamarku penuh dengan bunga,coklat serta beberapa tumpuk hadiah dan sebuah kue ulang tahun. Aku ternganga. "Happy birthday ya sayang!" kata mama dan papa sambil mencium pipiku. Aku pikir mereka salah hari. Kan ulang tahunku tanggal 8 Desember. Tapi setelah menelaah kalender, barulah aku tersadar. Jadi ini alasan Rendra memintaku untuk menjadi pacarnya? Astagaa!! Kenapa aku bisa lupa kalo hari ini hari ulang tahunku?! ucapku dalam hati. 
"Ris, sekarang kamu mandi gih. Bau kecut tuh hahahahaha" ledek papa di sambut tawa dari mama.. "Oke deh! Siap bos" ucapku sambil ngeloyor ke kamar mandi.
Ah, seger rasanya abis mandi. Untung mama papa nggak tau kalo tadi sore aku di tembak Rendra hehehe. Selamet deh. Aku menghela nafas lega. Aku mengecek HPku. Ada 20 SMS masuk plus 3 missedcall. Maklum, HP selalu ku silent. Males kalo denger suara ringtone. Jadi kalo ada SMS masuk, bisa-bisa baru ku bales kalo aku liat HP. Kalo lagii nggak liat HP, jangan harap sms itu ku bales.

Ku baca pesan itu satu persatu. Kebanyakan dari mereka mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi ada satu yang berbeda dari topik diatas. 
SMS dari Rendra.
"Hei! Ak ke sana yh! Ada sesuatu yg perlu ak omongin sm km. Tunggu yaa.."

Hmmm,, ada apa lagi ini? Baru saja aku mau membalas SMS dari Rendra, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku. 
*bersambung*

2 komentar:

  1. wew, keren! cuma kok nama cowoknya sama? rendraaaaa! :* dion lagi ya? ceweknya juga risty... favoritmu banget ya nas... ==" hahahaha... :D

    BalasHapus
  2. oh, iya... ceritanya terinspirasi dari kamu sendiri ya? ketahuan tuh... =="

    BalasHapus